loading...

Inilah Bukti Sisingamangaraja XII Seorang Muslim



Sisingamangaraja merupakan nama besar dalam sejarah Batak. Dia tokoh pemersatu. Dinasti Sisingamangaraja dimulai sejak pertengahan tahun 1500-an, saat Raja Sisingamangaraja I yang lahir tahun 1515 mulai memerintah. Dia memang bukan raja pertama di sana. Pemerintahan masa sebelum itu dikenal dengan nama bius. Satu bius merupakan kumpulan sekitar tujuh horja. Sedangkan satu horja terdiri dari 20 huta atau desa yang punya pimpinan sendiri. Ada Bius Toba, Patane Bolon, Silindung dan sebagainya.

Dari 12 orang yang melanjutkan dinasti Sisingamangaraja, Singamangaraja XII merupakan raja paling populer dan diangkat sebagai pahlawan nasional sejak 9 November 1961. Lukisan dirinya yang dibuat Augustin Sibarani yang kemudian tercetak di uang Rp 1.000 yang lama, merupakan satu-satunya “foto” diri Sisingamangaraja. Dia naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Singamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon.

Penobatan Si Singamangaraja XII sebagai Maharaja di negri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka). Belanda merasa perlu mengamankan modal asing yang beroperasi di Indonesia yang tidak mau menandatangani Korte Verkaring (perjanjian pendek) di Sumatra terutama Aceh dan Tapanuli. Kedua konsultan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Belanda sendiri berusaha menanamkan monopilinya di kedua kesultanan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan peperangan yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.

Satu yang masih terus jadi bahan diskusi hingga hari ini, adalah agama yang dianut Sisingamangaraja XII. Banyak sejarawan, seperti  Dada Meuraksa, Ahmad Mansyur Suryanegara, dan Mohammad Said yakin bahwa Sisingamangaraja XII itu seorang Muslim.

Bukti sejarah yang ada, yaitu bendera kerajaan Sisingamangaraja XII bergambar pedang bercabang dua seperti bendera kerajaan Arab Saudi. Pedang bercabang melambangkan pedang Zulfikar milik sahabat Ali bin Abi Thalib. Ada gambar bintang bergerigi 8 melambangkan 4 Khulafaur Rasyidin dan 4 Imam Madzhab.

Stempel Sisingamangaraja mempunyai 12 gerigi pinggiran menggunakan tarikh Hijriah dan huruf Arab. Namun huruf Arab itu untuk menuliskan bahasa Batak, “Inilah cap Maharaja di Negri Toba Kampung Bakara Nama Kotanya, Hijrat Nabi 1304”. Sedangkan aksara bataknya menuliskan Ahu Sahap ni Tuwan Singa Mangaraja mian Bakara, artinya Aku Cap Tuan Singa Mangaraja Bertakhta di Bakara.

Dalam kerajaan-kerajaan yang Islamnya kuat pun hanya menyebut Hijrah tanpa kata Nabi. Sementara Sisingamangaraja menambahkan kata Nabi, boleh dibilang ke-Islamannya lebih kental dibanding Raja Islam lainnya.

Bendera Sisingamangaraja XII berwarna merah putih. Ada apa dengan bendera merah putih? Sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara merujuk pada hadits Imam Muslim dalam Kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340 dari Hamisy Qastalani. Di situ tertulis, Imam Muslim berkata: Zuhair bin Harb bercerita kepadaku, demikian juga Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Mutsanna dan Ibnu Basyyar. Ishaq bercerita kepada kami. Orang-orang lain berkata: Mu’adz bin Hisyam bercerita kepada kami, ayah saya bercerita kepadaku, dari Qatadah dari Abu Qalabah, dari Abu Asma’ Ar-Rahabiy, dari Tsauban, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah memperlihatkan kepadaku bumi, timur dan baratnya. Dan Allah melimpahkan dua perbendaharaan kepadaku, yaitu merah dan putih.”

Sisingamangaraja XII dalam uang Seribu Rupiah
Akan lebih jelas bila kita ikuti keterangan surat kabar Belanda Algemene Handelsblad pada edisi 3 Juli 1907, yang juga dikutip sejumlah majalah atau koran Belanda lainnya yang memberitakan tentang agama yang di anut oleh Si Singamangaraja XII: Volgens berichten van de bevolking moet de togen, woordige titularis een 5 tak jaren geleden tot den Islam jizn bekeerd, doch hij werd geen fanatiek Islamiet en oefende geen druk op jizn ongeving uit om zich te bekeeren.  [Menurut kabar-kabar dari penduduk, raja yang sekarang (maksud Titularis adalah Si Singamangaraja XII) semenjak lima tahun yang lalu memeluk agama Islam yang fanatik, demikian pula dia meneka supaya orang-orang sekelilingnya menukar agamanya].

Berita di atas ini memberikan data kepada kita bahwa Si Singamangaraja XII beragama Islam. Selain itu, di tambahkan pula tentang rakyat yang tidak beragama Islam, dan Si Singamangaraja XII tidak mengadakan paksaan atau penekanan lainnya. Hal ini sekaligus memberikan gambaran pula tentang penguasaan Si Singamangaraja XII terhadap ajaran agama itu sendiri.

Mohammad Said, dalam bukunya Sisingamangaraja XII menyatakan kemungkinan benar bahwa Sisingamangaraja seorang Muslim. Pedomannya berasal dari informasi dalam tulisan Zendeling berkebangsaan Belanda, J.H Meerwaldt, yang pernah menjadi guru di Narumonda dekat Porsea. Meerwaldt mendengar Sisingamangaja sudah memeluk Islam.

Di majalah Rheinische Missionsgessellschaft tahun 1907 yang diterbitkan di Jerman yang menyatakan, bahwa Sisingamangaraja, kendati kekuatan alamiah yang dikatakan ada padanya, dapat jatuh, dan bahwa demikian juga halnya dengan beralihnya dia menjadi orang Islam dan hubungannya kepada orang Aceh.

Hubungan dengan Aceh ini terjadi Belanda menyerang Tanah Batak pada tahun 1877. Karena lemah secara taktis, Sisingamangaraja XII menjalin hubungan dengan pasukan Aceh dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh beragama Islam untuk meningkatkan kemampuan tempur pasukannya. Dia berangkat ke wilayah Gayo, Alas, Singkel, dan Pidie di Aceh dan turut serta pula dalam latihan perang Keumala.

Pertukaran perwira dilakukan. Perwira terlatih Aceh ikut dalam pasukan Sisingamangaraja XII untuk membantu strategi pemenangan perang, sementara perwira Batak terus dilatih di Aceh. Salah satunya Guru Mengambat, salah seorang panglima perang Sisingamangaraja XII. Guru Mengambat mendapat gelar Teungku Aceh.

Informasi itu berdasarkan Kort Verslag Residen L.C Welsink pada 16 Agustus 1906. Dalam catatan itu disebutkan, seorang panglima Sisingamangaraja XII bernama Guru Mengambat dari Salak (Kab. Pakpak Hasundutan sekarang) telah masuk Islam. Informasi ini diperoleh oleh Welsink dari Ompu Onggung dan Pertahan Batu.

Keterangan lebih mendalam disampaikan, Dada Meuraxa dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Suku-suku di Sumatera Utara. “Sisingamangaraja XII sudah masuk Islam dan disunatkan di Aceh waktu beliau datang ke Banda Aceh meminta bantuan senjata,” kata Meuraxa.

Dalam buku itu Meuraxa menyebutkan, keterangan itu berdasarkan pernyataan seorang sumber, Tuanku Hasyim, yang mengutip pernyataan bibinya yang juga istri Panglima Polem yang menyaksikan sendiri upacara tersebut di Aceh.

“Walaupun belum cukup fakta-fakta Sisingamangaraja seorang Islam, tetapi gerak hidupnya sangat terpengaruh cerita Islam. Sampai kepada cap kerajaannya sendiri tulisan Arab. Benderanya yang memakai bulan bintang dan dua pedang Arab ini pun memberikan fakta terang,” tulis Dada Meuraxa.



Salah seorang akademisi di Gayo Kabupaten Aceh Tengah, Dr. Al Misry, MA menyatakan apresiasi digagasnya Napak Tilas Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII hingga ke Gayo. Selain itu, di menegaskan jika SSM-XII itu beragama Islam. Pernyataan itu diungkapkan saat bertemu sesaat dengan pengurus Forum Sisingamangaraja XII di Pegasing Aceh Tengah, Sabtu 24 Mei 2014.

Kubah masjid di Negeri Sembilan dengan dua pedang mirip dengan yang ada di lambang panji SSM XII
“Sisingamangaraja XII sudah beragama Islam saat di Gayo,” kata Al Misry kepada Wilson Selain, Jimmy Siahaan dan Madison Situmorang serta pendamping mereka.

Dihadapan ketiganya, Al Misry mengatakan SSM-XII pernah dihadiahi 2 buah rencong Aceh yang kemudian kedua rencong itu menjadi lambang Sisingamangaraja.

“Coba perhatikan dua rencong Aceh ini, jika digabungkan keduanya menjadi lambang Sisingamangaraja kan,” katanya sambil melukiskan kesebuah kertas dua buah rencong kemudian keduanya digabungkan dan menjadi lambang Sisingamangaraja.

Melihat apa yang diutarakan oleh Al Misry, Wilson lalu menunjukkan bukti lain berupa foto yang diperoleh dari pihak yang mengaku keluarga SSM-XII yang kini berada di Negeri Sembilan Malaysia. Foto yang berupa sebuah mesjid yang didirikan oleh keluarga SSM-XII di Negeri Jiran itu dimana nampak dikubahnya gambar berbentuk rencong yang merupakan lambang dari Sisingamangaraja XII.

Batu nisan Raja Lumni bin Sisingamangaraja di Negeri Sembilan Malaysia
“Kami belum menemukan bukti kongkrit soal agama yang dianut Opung kami, meski banyak yang mengarah keyakinannya beragama Islam, namun kita butuh penelitian lagi,” kata Wilson yang menggangap SSM-XII seorang Sufi.
 



Singamangaraja XII sendiri bernama Ompu Pulobatu, lahir pada 18 Februari 1845 dan meninggal 7 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di Dairi. Sebuah peluru menembus dadanya. Menjelang nafas terakhir, akibat tembakan pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans Christoffel itu, dia tetap berucap, “Ahuu Sisingamangaraja”.

Ucapan itu identik dengan kegigihannya berjuang.Turut tertembak juga waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta putrinya Lopian. Sedangkan sisa keluarganya ditawan di Tarutung. Itulah akhir pertempuran melawan penjajahan Belanda di tanah Batak sejak tahun 1877. Sisingamangaraja sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung. Makamnya baru dipindahkan ke Soposurung, Balige seperti sekarang ini sejak 17 Juni 1953.

Dari berbagai sumber
 

0 Response to "Inilah Bukti Sisingamangaraja XII Seorang Muslim"

Post a Comment