loading...

Serangan Cyber Berbahaya Landa 99 Negara, Minta Korban Bayar Hingga USD 600

Serangan siber yang diakibatkan oleh ransomeware
Serangan siber global melanda 99 negara termasuk Amerika Serikat, Cina, Rusia, Spanyol, Italia dan Taiwan. BBC Sabtu (13/5) menyebut, Rusia dan Spanyol adalah dua negara yang mengalami serangan paling parah. Perusahaan keamanan siber Avast mengatakan telah melihat 75 ribu kasus ransomware yang dikenal sebagai WannaCry atau varian sejenisnya.

"Ini sangat besar," kata Jakub Kroustek dari Avast.

Dilansir dari BBC, banyak periset mengatakan insiden ini tampaknya terkait. Namun, ini mungkin bukan serangan terkoordinasi terhadap target tertentu.

Akibat serangan siber ini, rumah sakit di Inggris terpaksa harus membatalkan janji bertemu dengan pasien. Sementara itu, di Rusia, Kementrian dalam Negeri Rusia telah melokalisasi virus ini menyusul serangan terhadap komputer oribadi yang menggunakan sistem operasi Windows.

Serangan Berupa Virus WannaCry

Serangan itu berupa virus komputer bermana WannaCry. Perangkat lunak berbahaya ini mengunci data dan meminta pembayaran hingga 300 dolar AS sebelum memulihkan file-file yang diobrak-abrik oleh virus tersebut.




Tidak seperti banyak virus lainnya, WannaCry memiliki kemampuan untuk bergerak di sekitar jaringan dengan sendirinya. Kebanyakan virus lain mengandalkan manusia untuk menyebar dengan menipu pengguna untuk meng-klik sebuah file atau kode untuk menyembunyikan kode serangannya. Namun tidak demikian dengan virus ini.

Belum diketahui siapa yang membuat virus ransomeware ini. Ronsomeware kini menjadi jenis virus yang menjadi 'favorit' bagi peretas untuk mendapatkan keuntungan dengan mudah dengan cara menginfeksi file-file penting. Peretas bisa mencairkan uang dengan mudah karena mereka umumnya menggunakan mata uang virtual bitcoin yang sulit untuk dilacak.

Serangan Dimulai dari Pencurian Kode Keamanan AS
 
Peretas meluncurkan serangan siber global setelah mencuri kode keamanan milik Badan Keamanan Nasional (NSA) AS. Mereka meretas perusahaan pengiriman internasional FedEx, mengganggu sistem kesehatan Inggris, dan menginfeksi komputer di hampir 100 negara, pada Jumat (12/5).

Para peretas menipu korbannya untuk membuka lampiran malware berbahaya di folder spam e-mail. Lampiran virus itu biasanya berisikan tawaran pekerjaan, peringatan keamanan, dan file lain yang menarik untuk dibuka.


Ransomware kemudian mengenkripsi data di komputer korban, yang mengharuskan korban membayar 300 sampai 600 dolar AS untuk memulihkan akses. Para pakar mengatakan, peretas akan memeras korban yang biasa melakukan pembayaran dengan mata uang digital bitcoin.

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pada Jumat (12/5) mengatakan, mereka telah menerima laporan mengenai permintaan uang tebusan tersebut. Departemen menyatakan telah bertukar informasi dengan mitra dalam dan luar negeri dan siap memberikan dukungan teknis.

Periset yang membuat perangkat lunak antivirus Avast mengatakan, mereka menemukan 57 ribu infeksi virus di 99 negara. Rusia, Ukraina, dan Taiwan telah menjadi sasaran utama.

Serangan siber yang paling mengganggu dilaporkan terjadi di Inggris. Rumah sakit dan klinik di negara itu terpaksa mengusir pasien setelah kehilangan akses ke komputer.

Perusahaan pengiriman barang internasional FedEx Corp juga mengatakan, beberapa komputer Windows milik mereka telah terinfeksi. "Kami menerapkan langkah remediasi secepat mungkin," kata FedEx Corp, dalam sebuah pernyataan.

Namun, tidak banyak perusahaan dan lembaga AS yang menjadi sasaran peretasan. Manajer riset yang membuat perangkat lunak antivirus Symantec, Vikram Thakur, mengatakan para peretas tampaknya lebih banyak meluncurkan serangan siber global ke negara-negara Eropa.

Perusahaan telekomunikasi Telefonica menjadi salah satu target serangan siber di Spanyol, tapi serangan hanya terbatas pada beberapa komputer di jaringan internal dan tidak mempengaruhi klien atau pelayanan. Perusahaan telekomunikasi lainnya seperti Telecom di Portugal dan Telefonica di Argentina juga dilaporkan menjadi target peretasan. (Republika)

0 Response to "Serangan Cyber Berbahaya Landa 99 Negara, Minta Korban Bayar Hingga USD 600"

Post a Comment