loading...

AMA Maskapai Penerbangan Missionaris Katholik beroperasi di 282 Lapter di Papua

 
Association Mission Aviation (AMA) selaku maskapai penerbangan yang dikelola lembaga missionaris Katholik beroperasi di 282 lapangan terbang (lapter) yang ada di Tanah Papua baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat.

Direktur AMA Djarot Soetanto yang didampingi Direktur Operasi AMA Bob Kayadu, kepada Antara, di Jayapura, Jumat, mengakui, pelayanan terbanyak dilakukan di Papua yakni sebanyak 277 lapangan terbang.

Sedangkan di Papua Barat hanya lima lapangan terbang dengan "homebase" di Manokwari.

"AMA lebih banyak melayani masyarakat di pedalaman Papua," ujar Djarot Soetanto.

Menurut dia, untuk pelayanan jasa penerbangan, AMA mengoperasikan sembilan pesawat berbadan kecil seperti jenis philatus, caravan dan pac.

"Pesawat-pesawat itu mampu mendarat di lapangan terbang yang relatif tidak panjang sehingga dapat menjangkau ke pedalaman Papua," ujar Djarot.

Diakuinya, AMA masih menggunakan tenaga pilot asing yang berkebangsaan Amerika, Canada dan Belanda, namun untuk teknisi sudah menggunakan tehnisi asli Indonesia.

"Karena itu, kini hanya tercatat sembilan orang WNA yang berada dibawah AMA," tambah Djarot.


Latar Belakang Associated Mission Aviation (AMA ) di Papua

Ordo Fransiskan dari missionaris Katholik memulai pelayanan di Papua (Nederlands Niew Guinea) pada tahun 1936, dengan daerah pelayanan di Arso, Waris, Ubrub dan Kokonao. Untuk mencapai wilayah-wilayah tersebut hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki. Pada Juli 1952, Pater C Kamerer melakukan perjalanan dari Enarotali ke Ilaga untuk melakukan pelayanan kepada umat. Karena perjalanan memakan waktu berbulan-bulan maka bekal yang dibawa juga banyak dan Pater dibantu oleh 5 orang penduduk setempat sebagai pembawa barang. Pada September 1952 lima pembawa barang ini kembali ke Enarotali tanpa Pater, karena waktu ditengah perjalanan mendengar bunyi-bunyian yang ditabuh oleh masyarakat lokal. Mereka ketakutan dan melarikan diri serta meninggalkan Pater seorang diri melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di Enarotali mereka memberitakan bahwa Pater telah meninggal dibunuh oleh masyarakat lokal dalam perjalanan ke lembah Ilaga. Lima minggu kemudian ketika Pater kembali ke Enarotali, beliau terkejut melihat batu nisan yang bertuliskan nama beliau. Rupanya berita meninggalnya Pater yang disampaikan para pembawa barang dianggap benar dan dibuatkan makam, bahkan di Belanda juga telah dilakukan misa requem. Prihatin dengan masalah transportasi yang ada di Papua, pada tahun 1955 Pater Yan van de Pavert membuat laporan tentang transportasi di Papua. Pada saat itu selain helikopter dari maskapai perusahaan minyak, juga sudah ada air MAF dari CAMA. Setelah mendapat dukungan dari misi katolik di Wewak (Australia Niew Guinea, sekarang Papua Nieuw Guinea), melalui Mgr. L Arkfeld, SVD diberitahukan ada Cessna 170 yang bisa didatangkan dari Australia. Informasi tentang kemungkinan bisa memiliki pesawat sendiri memacu para missionaris mencari sponsor yang dimulai tahun 1956.

MIVA (Missie Verkeersmiddelen Actie) mengkoordinir pencarian dana dengan topik perlunya transportasi udara bagi pelayanan di pedalaman, sarana ini disebut MILUVA. Setelah dana terkumpul masalah berikutnya adalah pilot, sangatlah sulit untuk mendapatkan pilot sekaligus missionaris untuk terbang di Papua. Pada tahun 1956 Provinsial Fransiscan di Belanda setuju untuk mengirim 6 orang pastor untuk sekolah penerbang ke Amerika. Namun sebelum berangkat, para pastor ini terlebih dahulu melewati seleksi dari penerbangan KLM yang dilakukan oleh Heer van de Engel, dari seleksi ini hanya 4 orang yang lulus dan dikirim tahun 1957. Setelah mendapat latihan terbang sampai 80 jam, pada Mei 1958 hanya 2 pastor yang berhasil mendapat CPL, yaitu Pater Verheyen dan Pater Henk Vergouwen. 



Sementara itu di Sentani (Papua) dilakukan segala persiapan termasuk mendatangkan Heer van de Engel dari KLM untuk mengatur segala fasilitas untuk beroperasinya penerbangan MILUVA (AMA). Pesawat pertama yang dioperasikan adalah Cessna 170 dengan registrasi JZ-PTG tiba di Sentani pada 23 Maret 1959. Pertama beroperasi di base Sentani untuk melayani Arso, Wais dan Ubrub, bulan Mei sampai Juli melayani Wamena, Oksibil, Genyem dan Senggi, Agustus ke Biak, Manokwari, Kebar, Ayawasi dan pada bulan September di Timika dan Epouto. Demikian awal terbentuknya MILUVA (Antara/theoningdana.blogspot.co.id)

0 Response to "AMA Maskapai Penerbangan Missionaris Katholik beroperasi di 282 Lapter di Papua"

Post a Comment