loading...

Natalius Pigai, Putra Papua yang Menasional Karena Sikap Kritisnya

Sosok yang satu ini sudah tak asing lagi di mata publik Indonesia. Wajahnya sering nongol di berbagai acara televisi. Ia mulai dikenal ke publik karena sikap kritisnya terhadap berbagai persoalan. Dari mulai permasalahan dari tanah kelahirannya di Papua hingga persoalan nasional menjadi perhatiannya. Masalah Papua yang ia kritisi misalnya masalah kerusuhan Talikara dan masalah pembangunan di Papua. Saat koran Kompas menulis berita bombastis berjudul, "Jalan Trans Papua, Menembus Gunung dan Membelah Bukit," berupa klaim Pemerintahan Joko Widodo yang berhasil membangun sarana jalan yang luar biasa di Papua, ia pun mengatakan, "Pemerintahan Jokowi bohong besar soal insfrastruktur jalan di Papua." Saat ramai mempersoalkan identitas Presiden Jokowi, ia pun memberikan pernyataan yang cukup mencengangkan, "Presiden Jokowi harus tes DNA."

Sikap kritisnya telah menghantarkannya untuk mendapat kepercayaan yang mahal dari kalangan muslim untuk memimpin investigasi independen kasus kriminalisasi terhadap ulama.

Berikut ini profil singkat dari sosok beliau sebagaimana dimuat di situs Komnasham RI.

Lahir di Paniai Papua, 28 Juni 1975. Meraih gelar SIP (Sarjana Ilmu Pemerintahan) dari Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) di Yogyakarta tahun 1999. Pendidikan non formalnya adalah pendidikan statistika di Universitas Indonesia tahun 2004, pendidikan Peneliti di LIPI tahun 2005, dan Kursus Kepemimpinan di Lembaga Administrasi Negara tahun 2010 - 2011.

Pigai pernah menjadi aktivis di beberapa lembaga antara lain sebagai staf/ aktivis di Yayasan Sejati yang memiliki perhatian pada hak-hak masyarakat terpinggirkan di Papua, Dayak, Sasak, dan Aceh (1999-2002). Sebagai staf di yayasan Cindelaras (Yacitra) yang mengembangkan kearifan lokal khususnya perjuangan hak-hak petani (1998), sebagai ketua di Lembaga Studi Renaissance yang konsen pada pengembangan budaya Papua (1998-2000). Sebagai ketua di Asosiasi Mahasiswa Papua (AMP) Internasional (1997-2000), dan juga aktif bersama elemen-elemen civil society (PRD, PMKRI, Walhi, Kontras Rumah Perubahan, Petisi 28) melakukan kegiatan diskusi, seminar, aksi dan lainnya yang berorientasi pada perubahan.

Selain aktif di LSM, Pigai pernah menjabat sebagai staf khusus menteri (Ir. Alhilal Hamdi dan Yacob Nuwa Wea) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI tahun 1999-2004. Pigai termasuk aktif menulis. Hal ini bisa dilihat dari publikasi tulisannya, terutama publikasinya di bidang hak asasi manusia.

Beberapa tulisannya telah diterbitkan dalam bentuk buku antara lain berjudul Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Papua, Migrasi Tenaga Kerja Internasional, Anak Indonesia Teraniaya: Status kewarganegaraan Anak TKI di Malaysia, dan Tenaga Kerja Penyandang Cacat, dan lain-lain. Selain itu sejumlah artikel, opini, karya tulis ilmiah maupun makalah pernah terbit di beberapa media massa nasional. Antara lain artikel yang berjudul Kematian Theys Eluay dan Masa Depan Papua, Aksi Premanisme terhadap Pers, dan Papua Mati di Lumbung Padi.

0 Response to "Natalius Pigai, Putra Papua yang Menasional Karena Sikap Kritisnya"

Post a Comment